Tuesday, October 23, 2007

Apsarasevolution

Ini gambar-gambarnya Apsarasapsari yang dimuat di harian Republika tahun jadul ( alias lupa tahunnya ), pokoknya masih SD gitu deh.
Honornya 15ribu. He....he.....

Republika menugaskan peserta menggambar sesuai bentuk luarnya.
Misalnya gambar "Ikan Duyung", bidang luarnya U.

Gambar "Kepiting", digambar di dalam bidang U terbalik.



Dan gambar "Ice Cream Party" ini digambar di bidang
tak beraturan gitu deh.






by apsarasapsari

Sunday, October 21, 2007

Penguji

Kenapa penguji piano klasik itu jadi sosok yang menakutkan ?
Kenapa ujian piano klasik jadi ajang memojokkan murid di depan guru atau memojokkan guru di depan murid.
Kenapa penguji piano klasik itu usil berkomentar di luar konteks ujian.
"Sudah berapa lama kamu les ?"
"Pantes tekniknya masih kurang"
"Wah, kamu nggak punya rasa musikalitas, nggak ada rasa akan ketukan"
"Kamu belajar Beyer hanya untuk ujian saja, atau belajar nomor lain ?"
"Sejak kapan kamu les ?"
"Kamu kalau belajar lagu baru, dicontohin oleh guru atau baca sendiri ?"

Dan komentar lain. Duduk harus di tengah kursi, tangan jangan ke bawah.
Jari kurang naik. Tepuk kurang keras.Tempo kurang cepat, padahal jelas-jelas lagunya ada keterangan SLOW.

Kenapa fokusnya hanya pada teknik? Dan harus sempurna, padahal peserta ujian murid kelas 1 SD. Murid usia muda, pasti-pastinya postur tubuhnya kecil.
Dengan demikian, tangannya pasti menekuk ke bawah, karena posisi duduk kurang tinggi.
Kalau dipaksakan tangannya bulat sempurna dan tidak menekuk, maka bahunya akan terangkat.
Main piano dengan posisi bahu terangkat membuat pemainnya merasa tegang dan tidak rileks.

Kenapa Beyer masih dijadikan satu-satunya tolok ukur, pantas atau tidak pantas ikut ujian?
Padahal Beyer adalah buku piano jadul, sejak 40 tahun yang lalu.
Padahal Beyer menekankan pada permainan dengan posisi 2 tangan di Treble Clef (kunci G).
Padahal sebagian besar repertoar piano klasik, tangan kanan di Treble Clef (kunci G),
tangan kiri di Bass Clef (kunci F).
Kalau sebagian besar repertoar seperti itu, maka 2 tangan di Treble Clef adalah kekecualian.
Lalu, kenapa mengajarkan kekecualian lebih dahulu daripada yang umum ?
Padahal metoda bisa darimana saja.
Bahkan bisa personal, karena setiap murid punya kekhasan masing-masing.

Argumen menekankan pengajaran pada teknik, ibaratnya membangun rumah, maka pondasinya harus kuat.
Pertanyaannya, rumah seperti apa yang ingin dibangun?
Jangan-jangan, kalau terlalu lama pada pondasi, maka rumahnya tidak pernah jadi, karena kehabisan biaya.
Kenapa tidak boleh mengajarkan teknik melalui lagu?
Karena setiap lagu memperkenalkan teknik yang berbeda.
Coba saja, semua Etude dari F.Chopin.
Semuanya melodinya indah tapi tekniknya juga lumayan.

Kembali ke persoalan penguji.
Kalau penguji usil seperti ini, apa gunanya guru piano ?
Apakah hanya sebagai kepanjangan tangan dari kurikulum yang sangat ketat ?
Nampaknya guru tidak punya otoritas mengembangkan sendiri materi ajar.
Nampaknya masukkan pada seminar kurikulum yang berlaku di 65 cabang tidak akan merubah apa-apa.

Nampaknya mengundurkan diri adalah jalan terbaik.

Sayang. Padahal hubungan dengan murid-murid sudah sangat baik.

Selamat tinggal Resli, Kevin, Grace, Yanti, Nabila, Fairuuz dan si kecil Aldi.