Monday, October 06, 2008

koordinasi = konsentrasi

Senja, umurnya baru 9 bulan, tapi sudah berdiri dan
siap melangkah dengan pasti.
Eyang-Tantenya, Tatah dan saya, sibuk berkomentar,
a.l. belum siap jalan, biar merangkak dulu,
jangan dirangsang untuk jalan dll.

Saya jadi mengingat kembali, Daridaru yang mulai
bisa jalan diusia tepat 11 bulan.
Melalui tahap merangkak, tapi kurang bagus cara merangkaknya.
Telapak kakinya menapak, bukan merangkak dengan lututnya.
Seingat saya, masa balita tidak ada permasalahan dalam
tumbuh-kembangnya.

Lalu dimasa kelas 1 SD, Daridaru dijuluki "satpam" oleh Wali Kelasnya.
Karena tidak bisa duduk diam, dan selalu sibuk memperhatikan
pekerjaan teman-temannya di kelas.
Di kelas 3 SD, saya dianjurkan oleh walikelas Daridaru untuk
membawanya ke Surya Kanti, sebuah lembaga pelatihan
tumbuh-kembang anak.
Menurut wali kelas, Daridaru sering melamun dan menerawang
ke luar kelas. Akibatnya pekerjaan di kelas sering tidak selesai.

Di Surya Kanti, observasi dilakukan oleh tim ahli dengan terpadu.
Mula-mula tes psikologi oleh seorang psikolog.
Lalu dilanjutkan dengan tes mata ke dokter mata.
Ternyata memang Daridaru harus memakai kacamata, silindris minus 1.
Itu sebabnya dia sering melamun keluar kelas, karena tulisan di
papan tulis tidak jelas.
Selanjutnya oleh neurolog, Daridaru dianjurkan untuk tes EEG ( electro
encephalo graph ) di rumahsakit.
Dalam keadaan terbaring, kepala Daridaru ditempeli berbagai kabel
dan dicatat dalam bentuk grafik.
Kesimpulan observasi Daridaru adalah ADD (attention deficit disorder).
Maksudnya Daridaru, kurang bisa konsentrasi.
Yang mengejutkan dan mengherankan saya, menurut neurolog,
hal ini disebabkan Daridaru terlalu cepat berjalan.

Selanjutnya Daridaru melalui beberapa terapi, yang akhirnya
kami lanjutkan sendiri di rumah.
Karena Daridaru keberatan, melihat kondisi pasien lain
yang berbeda dibanding dirinya.
Mungkin Daridaru merasa dirinya tidak apa-apa.
Terapinya antara lain, melatih motorik halus dengan menggunakan
2 spidol (memang Daridaru tulisan tangannya kurang bagus),
memasukkan benang ke lubang jarum dll.
Untuk konsentrasi, a.l. bermain trampolin, melangkah di balok titian,
dribel bola basket dll.
Selain itu kami harus selalu mengingatkan untuk konsentrasi
apabila memegang gelas, menuang sesuatu, meletakkan sesuatu,
lebih lembut bersikap ke adiknya dll.
Selain itu Daridaru juga les piano dan taekwondo.
Secara tidak sadar, les piano untuk melatih motorik halusnya.
Sedangkan taekwondo untuk melatih motorik kasarnya.
Selain itu juga belajar berenang.
Kejadian tersebut kira-kira 15 tahun y.l.
Rasanya Daridaru tumbuh-kembangnya baik-baik saja.

Tetapi saya masih heran, apa hubungannya antara terlalu cepat jalan
dan kurang konsentrasi ?

Saya mencoba mencari alasan logisnya dari kacamata orang awam.
Coba pendekatannya dari, apa hubungannya merangkak dengan konsentrasi ?

Coba perhatikan, apabila bayi merangkak.
Apa yang digerakkan ?
Apakah tangan kanan melangkah bersama dengan kaki kanan ?
Atau tangan kanan melangkah bersama dengan kaki kiri ?
Normalnya tangan kanan melangkan bersama dengan kaki kiri.
Seperti halnya orang berbaris. Kaki kanan melangkah, tapi yang bergerak
kedepan adalah tangan kiri.
Tapi, bagaimana caranya bayi bisa mengkoordinasikan tangan kanan
dan kaki kiri ?
Sekarang saya tahu, itu sebabnya bayi harus bisa merangkak.
Karena merangkak itu sulit.
Koordinasi berarti konsentrasi.

Nah, ketemu sekarang. Kenapa Daridaru kurang konsentrasi karena
diduga terlalu cepat berjalan.
Kenapa Senja sebaiknya jangan dirangsang untuk berjalan.
Biarkan merangkak sepuasnya. Biarkan tangannya merasakan perabaan berbagai
tekstur lantai yang dia lalui.
Biarkan dia mengkoordinasikan seluruh anggota tangan dan kakinya.
Ingat, semuanya bersilangan disyaraf tulang punggung.
Dengan demikian Senja akan belajar berkonsentrasi.

Mudah-mudahan begitu teorinya.

Saturday, October 04, 2008

start from zero

Sholat Ied Fitri 1 Syawal 1429 H kami laksanakan di
lapangan Masjid Nurul Falaah di Rajamantri-Buah Batu-Bandung.
Berempat jalan kaki dari rumah.
Rumah dikunci-kunci. Banyak pintu yang perlu dikunci.
Bapak dan Daru jalan berdua, ke lapangan bagian depan.
Ibu dan Apsaras ke lapangan belakang ke bagian akhwat.
Cari permukaan yang berconblock. Jangan di rumput, nanti
sajadah basah.
Padahal dari pengeras suara, berulang diumumkan agar
menempati shaf yang kosong.

Sholat tepat 06.30. Dua rakaat dengan 7 kali takbir.
Ceramahnya tentang himbauan agar tidak takabur.
Betapa manusia itu mudah sekali takabur.

Selesai sholat kembali ke rumah, siap-siap ke Jakarta.
Silaturahmi dulu ke tetangga.
Lalu sungkem.
Memohon maaf atas segala kesalahan.
Mata memandang jauh ke lubuk hati pasangan.
Tak kuasa menahan titik airmata.
Betapa banyak hal yang telah dilalui bersama.
Betapa banyak persoalan yang harus didiskusikan
dan dicari solusinya.
Anak-anak satu persatu sungkem dan memohon maaf.
Do'a-do'a disampaikan, lalu peluk dan cium.
Yaaaah .... mulai lagi dari awal.
Insya Allah bertemu lagi di Ramadhan yang akan datang.