Monday, July 29, 2013

Buku Piano Anak

Waktu saya kecil diawal mulai belajar piano, buku yang saya pakai seingat saya, judulnya 'Kinderfriend'.
Artinya teman anak-anak.
Buku 'Kinderfriend' terdiri dari 2 jilid.
Kemudian saya pernah pula memakai buku piano untuk pemula, karangan 'Beyer'.
Buku 'Beyer' masih dipakai sampai sekarang oleh beberapa guru dan kursus piano, walaupun banyak buku piano anak jenis lain di jual di toko buku atau secara online.
Mungkin karena harganya terjangkau, dibandingkan dengan buku piano anak lainnya.
Metoda yang dipakai buku 'Beyer' adalah mengajarkan anak dengan posisi kedua tangan bermain di posisi kunci G atau treble clef.
Sedangkan umumnya bila bermain piano di posisi tengah, tangan kanan di posisi kunci G, sedangkan tangan kiri di posisi kunci F.
Buku tambahan umumnya adalah buku karangan A.Schmitt dan Czerny yang diterapkan untuk latihan teknik penjarian.

Diawal saya mulai mengajar piano, buku untuk pemula yang saya gunakan adalah buku-buku piano terbitan Alfred Publishing.
Buku-buku mereka dibuat semenarik mungkin untuk anak-anak, terutama usia 4-6 -tahun.
Dilengkapi dengan buku teori, buku latihan dan buku resital yang berilustrasi menarik.
Metoda buku-buku Alfred memperkenalkan not 'tauge'. Not yang bentuknya mirip tauge.
Murid diperkenalkan nomor jari dan mulai main di tuts hitam. Setelah itu diperkenalkan nama-nama not di tuts putih.
Bedanya dengan buku 'Beyer', murid sejak awal diperkenalkan posisi kunci G dan kunci F.
Kemudian mulailah diperkenalkan not balok seperti umumnya notasi pada alat musik piano.
Yaitu not garis dan not ruang pada 5 garis paranada.


Kira-kira 10 tahun yang lalu, saya diperkenalkan dengan metoda 'Otak Kanan-Otak Kiri' dan metoda 'Snowman' dari Prof. Wei Tsin Fu. Yaitu metoda membaca notasi dengan pendekatan visual. Misalnya notasi tiga susun berbentuk kord, divisualkan sebagai 'Snowman', terdiri dari kepala-badan/perut-kaki.
Maka murid tinggal melihat not paling bawah (kaki) saja. Berada di tuts yang mana? Not-not lain tinggal mengikuti posisi jari saja.
Ritme atau irama diperkenalkan dengan pendekatan seperti susunan kalimat.
Dengan demikian anak-anak lebih mudah mengerti (menghafal) daripada membacanya secara abstrak.