Showing posts with label guru. Show all posts
Showing posts with label guru. Show all posts

Wednesday, June 15, 2016

Akhirnya Terbit



Postingan saya berjudul Buku Piano Cerita Bergambar menceritakan perjalanan Apsarasapsari
menyusun proyek Tugas Akhirnya di jurusan Desain Komunikasi Visual.
Waktu itu saya masih mengajar di guru piano di sebuah kursus musik di Bandung.
Di tempat saya mengajar tersebut, direktur kursus membentuk tim untuk menyusun buku
piano dasar berupa metoda pengajaran untuk murid anak-anak.
Saya termasuk dalam tim yang terdiri dari empat guru, termasuk direktur kursus.
Secara berkala kami mengadakan pertemuan dan berhasil menyusun buku yang diberlakukan
untuk internal yang les di tempat kursus kami.
Garis besarnya, buku tersebut mengandung cerita tentang sepasang anak laki dan perempuan
bernama Mimi dan Jojo yang melakukan perjalanan ke Negeri Dongeng.
Pembagian tugas dalam tim, ada yang menyusun cerita, membuat ilustrasi, menciptakan
lagu sederhana.
Tugas saya adalah menyalin lagu dalam susunan notasi balok dengan software Sibelius.


Sunday, October 21, 2007

Penguji

Kenapa penguji piano klasik itu jadi sosok yang menakutkan ?
Kenapa ujian piano klasik jadi ajang memojokkan murid di depan guru atau memojokkan guru di depan murid.
Kenapa penguji piano klasik itu usil berkomentar di luar konteks ujian.
"Sudah berapa lama kamu les ?"
"Pantes tekniknya masih kurang"
"Wah, kamu nggak punya rasa musikalitas, nggak ada rasa akan ketukan"
"Kamu belajar Beyer hanya untuk ujian saja, atau belajar nomor lain ?"
"Sejak kapan kamu les ?"
"Kamu kalau belajar lagu baru, dicontohin oleh guru atau baca sendiri ?"

Dan komentar lain. Duduk harus di tengah kursi, tangan jangan ke bawah.
Jari kurang naik. Tepuk kurang keras.Tempo kurang cepat, padahal jelas-jelas lagunya ada keterangan SLOW.

Kenapa fokusnya hanya pada teknik? Dan harus sempurna, padahal peserta ujian murid kelas 1 SD. Murid usia muda, pasti-pastinya postur tubuhnya kecil.
Dengan demikian, tangannya pasti menekuk ke bawah, karena posisi duduk kurang tinggi.
Kalau dipaksakan tangannya bulat sempurna dan tidak menekuk, maka bahunya akan terangkat.
Main piano dengan posisi bahu terangkat membuat pemainnya merasa tegang dan tidak rileks.

Kenapa Beyer masih dijadikan satu-satunya tolok ukur, pantas atau tidak pantas ikut ujian?
Padahal Beyer adalah buku piano jadul, sejak 40 tahun yang lalu.
Padahal Beyer menekankan pada permainan dengan posisi 2 tangan di Treble Clef (kunci G).
Padahal sebagian besar repertoar piano klasik, tangan kanan di Treble Clef (kunci G),
tangan kiri di Bass Clef (kunci F).
Kalau sebagian besar repertoar seperti itu, maka 2 tangan di Treble Clef adalah kekecualian.
Lalu, kenapa mengajarkan kekecualian lebih dahulu daripada yang umum ?
Padahal metoda bisa darimana saja.
Bahkan bisa personal, karena setiap murid punya kekhasan masing-masing.

Argumen menekankan pengajaran pada teknik, ibaratnya membangun rumah, maka pondasinya harus kuat.
Pertanyaannya, rumah seperti apa yang ingin dibangun?
Jangan-jangan, kalau terlalu lama pada pondasi, maka rumahnya tidak pernah jadi, karena kehabisan biaya.
Kenapa tidak boleh mengajarkan teknik melalui lagu?
Karena setiap lagu memperkenalkan teknik yang berbeda.
Coba saja, semua Etude dari F.Chopin.
Semuanya melodinya indah tapi tekniknya juga lumayan.

Kembali ke persoalan penguji.
Kalau penguji usil seperti ini, apa gunanya guru piano ?
Apakah hanya sebagai kepanjangan tangan dari kurikulum yang sangat ketat ?
Nampaknya guru tidak punya otoritas mengembangkan sendiri materi ajar.
Nampaknya masukkan pada seminar kurikulum yang berlaku di 65 cabang tidak akan merubah apa-apa.

Nampaknya mengundurkan diri adalah jalan terbaik.

Sayang. Padahal hubungan dengan murid-murid sudah sangat baik.

Selamat tinggal Resli, Kevin, Grace, Yanti, Nabila, Fairuuz dan si kecil Aldi.