Saturday, February 09, 2008

Tukang Sayur

Aku punya langganan tukang sayur keliling, sepertinya terpelajar.
Komentarnya sering tidak biasa.
Komentar tentang harga tempe : "Pemerintah terlalu tergantung dengan
impor. Kurang menggalakkan sektor pertanian lokal".
Penjelasan tentang udang : "Binatang yang hidup di perairan dalam".
KOmentar tentang pembantuku, yang nawar-nawar : "Si Mbak pandai bernegosiasi".
Istilah untuk pembantu, pembantu = asistent of the house.

Penasaran, aku tanya : "Mang, dulu teh sekolahan ?".
TS : "Iya Bu. STM, SMu juga".
Aku : "STM nya apa ? SMU nya dimana ?".
TS : "Otomotif Bu. SMU nya Taman Siswa. Ibu koq tahu ?".

( Dalam hati, jelas tahu. Mana ada tukang sayur tahu kebijakan pemerintah ?
Kalau bukan tukang sayur yang doyan baca koran. Mana ada tukang sayur yang
baca koran, kalau bukan tukang sayur yang makan sekolahan ? ).

Aku : "Wah, bisa montir dong. Sampai beres STM nya ?"
TS : "Iya Bu. Kursus komputer juga".
Aku : "Kursus komputernya apa ?"
TS : "Aplikasi perkantoran Bu".
Aku : "Wah, bisa Excel dong".
TS : "Iya Bu. Excel bisa, Word, Powerpoint, Internet".
Aku : "Wah, bisa internetan dong".
TS : "He2 .... iya".

Lalu, kenapa jadi tukang sayur ? Belum tanya kenapa tuh.
Karena udah terpana duluan.
Mungkin sama juga halnya aku kali. Magister Arsitektur, ternyata
mengajar piano.
Belum tanya lebih lanjut nih. Apakah sesudah keliling dagang pagi-pagi,
lalu bekerja sebagai montir. Sesudah selesai kerja sebagai montir lalu
internetan di warnet. Jangan-jangan ikutan Friendster dan Yahoo Messenger
juga.

1 comment:

aldo said...

huahahaha...
tukang sayurnya keren euii..

jangan2 anak kuliahan yg lagi ngumpulin bahan skripsi topiknya : "hidup sebagai tukang sayur"

atau
anak kuliahan yg nyusun bahan skripsi topiknya : "pengaruh kebijakan pemerintah di bidang agraris bagi tingkat konsumsi rumah tangga."

atau
tuh tukang sayur bintang film kali yg lagi mencoba mendalami karakter sebagai tukang sayur. Coba deh mbak Hani perhatikan baik2 wajahnya. sapa tahu dia primus..hehe