Tuesday, March 11, 2008

Tukang Sayur dan Kantong Plastik

Menu nanti malam rencananya Capcai Kuah, Tahu Cah Jamur dan Perkedel Jagung Manis.
Berarti pagi hari, kalau Tukang Sayur langganan mampir, saya akan membeli
beberapa bahan dasarnya.
Yaitu, sayur-sayuran antara lain, wortel, jagung kecil, kol, kembang kol, sosin dan hati-ampela. Baso dan ayam fillet masih ada di freezer.
Untuk Tahu Cah Jamur dan Perkedel Jagung, masih ada tahu di refrigerator,
hanya perlu membeli tambahan jamur merang dan daun bawang.
Untuk Perkedel Jagungnya, jagung manisnya adalah sisa jagung manis rebus, makanan selingan kemarin sore.

"Sayuuuuurrrr"....... Mang Sayur menunggu dengan sabar di depan pagar.
Beli ini-itu sesuai keperluan dan Mang Sayur menimbang dan mempersiapkan.
"Wortel, 1/2 saja" ( maksudnya 1/2 kantong yang sudah ada di situ ).
........ Mang Sayur memindahkan 1/2 bagian wortel (1) ke kantong plastik lain.
Jagung semi (2), kol (3), kembang kol (4), sosin (5) dan hati-ampela (6), kemudian jamur merang (7) serta daun bawang.
Praktis semuanya ada 7 kantong plastik ukuran 18 X 30 cm.

Tiba-tiba ada perasaan bersalah.
Kenapa harus 7 kantong plastik, kalau kantong tersebut digunting dan dibuka,
maka akan diperoleh bidang seluas = ( 2 X 18 X 30 ) X 7 kantong = 7560 cm2
= 0, 7560 m2.
Belum ditambah dengan kantong keresek yang mengantongi semuanya tadi.
Padahal kantong-kantong plastik tersebut sebagai kantong hanya berfungsi selama 10 jam.
Karena nanti sore kalau saya memasak, kantong-kantong tersebut akan berakhir di
tempat sampah.
Dari tempat sampah, besok akan diambil oleh Petugas Sampah RW.
Dikumpulkan dipojok kompleks dan kemudian akan diambil oleh Petugas Kebersihan
dari Pemerintah Kota untuk dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Kalau setiap rumah membuang plastik seluas 0,5 - 1 m2 plastik, padahal satu
RW ada 300 - 400 umpi, berapa luas plastik yang terbuang dan mencemari bumi ?
Plastik yang hanya berfungsi sementara ternyata membutuhkan ratusan tahun
untuk dapat terurai, bahkan orang yang membuangnya mungkin sudah lebih dulu terurai menjadi tanah.

Hari-hari berikutnya, apabila saya berbelanja ke Mang Sayur, saya membawa
beberapa tempat semacam panci / baskom / keranjang untuk menempati belanjaan saya.
"Nggak usah pakai plastik Mang, ini aja wadahnya".
"Ohhh, sampah yaaaa Bu ?".

Ternyata sebenarnya Mang Sayur ini selain cerdas juga sadar lingkungan.
Kapan ibu-ibu lain menyusul ?
Marilah mengurangi pemakaian plastik.

2 comments:

Unknown said...

two thumbs up buat si tukang sayur ^_^

Lita Uditomo said...

wah, patut ditiru nih, mbak Hani...tfs ya...