Monday, September 01, 2008

histerektomi

Sebuah pesan pendek di telpon genggam membuat jantung saya
serasa berhenti berdetak.
"..... sedang menguatkan hati, untuk operasi angkat rahim".
Pesan tersebut datang dari teman dekat saya di kantor.
Usianya hanya terpaut 1 tahun lebih muda dari saya.
Cepat saya menelpon ke rumahnya.
Di seberang sana, teman saya tersedu-sedu bercerita kronologis
kesehatannya.
Keluhan terakhir hanyalah haid yang lebih lama daripada
sebelum-sebelumnya. Kali ini berlangsung selama 16 hari.
Praktis tidak ada keluhan istimewa, bahkan tidak ada rasa sakit.
Penyakitnya "Hiperplasia Endometriosis Sel Simple".
Saya harus mencarinya ke Mr.Google, supaya sungguh-sungguh jelas.

Dokter yang merawatnya menganjurkan pengangkatan rahim, karena
berdasarkan pengalaman dan statistik, 1 % berubah menjadi
kanker ganas.
Sebuah angka yang sangat kecil. Tapi tidak ada jaminan, bahwa
teman saya bukan termasuk yang 1 %.
Apalagi, endometriosis sudah diidap teman saya sejak tahun 2000.

Sikap kehati-hatian dan waspada, dituntut pada perempuan masa kini.
Setiap ketidakbiasaan harus selalu diwaspadai sebagai sebuah
gejala yang bukan sembarangan.
Apalagi, kanker selalu dateng dengan diam-diam.

Teman saya agak tenang, setelah saya ceritakan, bahwa ibu saya telah
dioperasi histerektomi ( pengangkatan rahim ) juga.
Ibu saya dioperasi di usia 50 tahun, dan sekarang beliau 83 tahun.

Ada hikmah yang harus diambil.
Bahwa teman saya masih diberi kesempatan untuk mengobati sakitnya.
Apa jadinya, kalau teman saya mengabaikan intuisinya .....
memutuskan : "periksa aahhh"...... hanya karena haid yang 16 hari itu.
Hikmah lainnya, Insya Allah di bulan puasa ini, puasa teman saya
tidak batal karena haid.

1 comment:

Lita Uditomo said...

duh, iya ya, mba...tanda2nya cuma haid yg lama ya ? aq tuh yg jg suka males periksa2..:(
tks sharingnya, mba Hani..